Hidup memang sulit ditebak kemana arahnya.
Bukan hanya sulit, tapi memang manusia tidak diberikan kemampuan untuk menganalisa kemana hidup akan bermuara.
Contoh kecil saja...
Kemarin baru saja aku mengatakan pada diriku bahwa jejak manusia yang satu itu sulit aku hapus. Keyakinan itu sudah tertanam sejak 2004 lalu.
Sampai-sampai, aku mengatakan bahwa menghilangkan seseorang tidak semudah menghilangkan jejak di pasir sebuah pantai di Babel sana.
Namun, dalam seminggu ini, perubahan besar terjadi. Pemikiranku berubah drastis!
Ternyata, menghilangkan jejak seseorang memang semudah menghapus jejak telapak tangan di pantai itu. Semudah itu.
Asal....
kau menemukan orang yang tepat untuk membantumu menghilangkan jejak itu.
Menemukan orang yang tepat...
Hanya itu syaratnya. Tak ada yang lain.
Dan aku sangat beruntung menemukanmu, Bajigur...
Kalaupun Tuhan tidak memberikan kesempatan kita berdua untuk bermuara di satu titik, tak masalah.
Aku bahagia dengan apa adanya hidupku saat ini. Dikelilingi orang-orang yang kusayangi. Dan itu sudah membuatku merasa yakin bahwa aku, si malau, bisa menghadapi segala macam kemungkinan hidup yang bisa saja terjadi.
Terima Kasih, Gus...
Wednesday, August 22, 2007
Wednesday, August 15, 2007
debaran
debaran ini kembali muncul ketika gempa mengguncang Jakarta tepat Rabu, seminggu lalu.
Awalnya masih sangat lemah. Karena lemahnya, sulit kurasakan.
Tapi entah kenapa, aku tahu, dia masih ada dilubuk hati paling dalam.
maafkan aku karena semula aku sudah memberimu racun yang teramat kuat karena aku sudah memutuskan untuk membunuhmu. meski sedih, tapi kau harus mati, pikirku dulu.
Setelah racun itu masuk, kupikir kau sudah mati.
pada saat gempa itu, aku sadar, ternyata kau kuat juga ya...
Aku berjanji, tidak akan berusaha membunuhmu lagi.
aku tak mau kehilangan kau lagi.
Lihatlah kau sekarang sudah tumbuh menguat.
Bahkan, sekarang aku bisa merasakannya dengan sangat jelas...
Terima Kasih Tuhan, karena aku masih diijinkan untuk memiliki dan merasakan debaran ini.
aku berjanji akan menjaga dan memeliharanya dengan baik.
Terima kasih untukmu, seseorang di sana. Kau memberikan obat yang sangat manjur bagi debaranku. Dan, akhirnya pelekatan rasa ini bermuara.
terima kasih Han...
love u
Awalnya masih sangat lemah. Karena lemahnya, sulit kurasakan.
Tapi entah kenapa, aku tahu, dia masih ada dilubuk hati paling dalam.
maafkan aku karena semula aku sudah memberimu racun yang teramat kuat karena aku sudah memutuskan untuk membunuhmu. meski sedih, tapi kau harus mati, pikirku dulu.
Setelah racun itu masuk, kupikir kau sudah mati.
pada saat gempa itu, aku sadar, ternyata kau kuat juga ya...
Aku berjanji, tidak akan berusaha membunuhmu lagi.
aku tak mau kehilangan kau lagi.
Lihatlah kau sekarang sudah tumbuh menguat.
Bahkan, sekarang aku bisa merasakannya dengan sangat jelas...
Terima Kasih Tuhan, karena aku masih diijinkan untuk memiliki dan merasakan debaran ini.
aku berjanji akan menjaga dan memeliharanya dengan baik.
Terima kasih untukmu, seseorang di sana. Kau memberikan obat yang sangat manjur bagi debaranku. Dan, akhirnya pelekatan rasa ini bermuara.
terima kasih Han...
love u
Sunday, August 05, 2007
perempuan bodoh yang terlalu sadar dirinya bodoh
gw sadar
apa yang gw lakukan beberapa hari ini ada sebuah kebodohan yang luar biasa
setiap melakukan kebodohan-kebodohan itu, tak lupa gw selalu mengakhiri dengan cara mengutuki diri gw sendiri," ngapain sih lu nglakuin ini? Bodooooh. Ga penting tau gak siiiiih."
Kutuk demi kutuk mengalir seperti air sungai yang deras di musim penghujan. Tapi, entah kenapa, kebodohan demi kebodohan tetap saya gw lakukan.
jadi, kesimpulannya, aku adalah orang bodoh yang terlalu sadar kalau dirinya bodoh.
Apa yang membuat lu bodoh? seorang kawan menyebutnya, pelekatan rasa.
gw sadar
apa yang gw lakukan beberapa hari ini ada sebuah kebodohan yang luar biasa
setiap melakukan kebodohan-kebodohan itu, tak lupa gw selalu mengakhiri dengan cara mengutuki diri gw sendiri," ngapain sih lu nglakuin ini? Bodooooh. Ga penting tau gak siiiiih."
Kutuk demi kutuk mengalir seperti air sungai yang deras di musim penghujan. Tapi, entah kenapa, kebodohan demi kebodohan tetap saya gw lakukan.
jadi, kesimpulannya, aku adalah orang bodoh yang terlalu sadar kalau dirinya bodoh.
Apa yang membuat lu bodoh? seorang kawan menyebutnya, pelekatan rasa.
Subscribe to:
Posts (Atom)
someone said, every story has it end. But in life, ending is a new beginning for other stories.