fiuh..betul-betul bulan yang berat untuk dilalui. tapi, aku yakin semua badai ini pasti berlalu.
dalam pergumulan, ku katakan pada seorang kawan yang menanyakan keadaanku.
kukatakan padanya, 'hidup itu seperti roda. kadang dibawah dan kadang di atas. Pada saat roda itu dibawah, kadang-kadang memaksa kita mengingkari siapa diri kita sebenarnya.'
Lalu, dia menjawab:
'ketika kita tahu roda itu pasti balik ke atas lagi, seharusnya itu menjadi titik tolak optimis kita.'
Rupanya, kawanku itu sempat mengenalku sebagai seorang yang selalu ceria dan bahagia. Bukan manusia yang bisa menghabiskan semalaman dengan renungan air mata.
hmmm...aku berpikir, tidak mungkin seorang manusia tampil sebagai sosok yang ceria terus. Ada kalanya, seorang manusia terpuruk pada kondisi paling tersudut.
Akupun mengenal kawanku itu sebagai seorang yang ceria. Setiap hari, ia selalu memberikan senyum dan tawanya pada semua orang disekitarnya. Seolah tak pernah ada duka menggelayut dalam hidupnya.
Namun, pada satu malam, entah kapan, dia pun pernah terpuruk dan sampai menitikkan air matanya.
Kaget dan terkejut memonopoli perasaanku malam itu. Karena dia kukenal sebagai orang yang ceria.
Apa begitu pula perasaanmu, kawan, ketika mendengar aku menangis semalaman?
hahahaha....
Jadi, kesimpulannya, kita tidak bisa menolak ketika diri kita menginginkan untuk mengingkari karakternya. Kadangkala pengingkaran diri diperlukan untuk penyeimbangan.
Tapi, pada akhirnya, memang, kita harus bangkit!!!
ketika kita tahu roda itu pasti balik ke atas lagi, seharusnya itu menjadi titik tolak optimis kita!!!
hidup...
NB: secercah harapan menggelayut diufuk realitas ketika gaji dinaikkan. legaa...