Pengalaman pahit di hari Jumat itu kembali dan kembali terjadi lagi..
hiks..kenapa sih setiap hari Jumat nimpanya??? bingung gw..
Jerome... masih ingatkah kau pada malam yang pahit itu? kau meninggalkanku begitu saja teronggok di depan kosan setelah aku menumpang motormu dari kantor.
Tak ada salam, ucapan selamat malam, ataupun lambaian tangan.
Kau mengacir begitu saja dengan sepedah motormu.
Keesokan harinya baru aku tahu, kau tidak mengetahui kapan aku turun dari motormu. Duh...apakah bobot tubuhku seringan itu ya? tanyaku berulang-ulang.
Untuk menghibur diri, aku tekankan pada diriku bahwa si jerome dan aku memang terlalu ringan untuk motor (bukan cuman gw doang gitu yang ringan..hehehe). Makanya si jerome ga sadar ada pengurangan bobot tubuh dari motornya.
Pembenaran itu teguh kupegang selama ini.
Hingga hari pahit kedua itu datang lagi, Jumat (27/4/2007).
Untuk kesekian kalinya, aku nebeng pada seorang kawan bernama Elin. Dia anak Jawa Pos dengan logat jawa yang masih kental. hehehe
Ada liputan Jam 2 di Kontras soal penggantian ketua majelis hakim PN Pusat dalam perkara gugatan Suci ke Garuda.
Sekitar 15 meter sebelum kantor Kontras di Jl Borobudur, ternyata terjadi macet cukup panjang. Sekitar 10 mobil berjejer tak bisa bergerak.
Aku tak tahu ada apa gerangan sampai mobil bisa macet di jalan super sepi itu.
Elin sebagai nahkoda motor akhirnya salip sana salip sini hingga tak sadar...Gubrak.. o..ow.. ban motor terjerembab ke lubang yang sulit untuk dilalui.
Sebagai penumpang yang mawas diri, tahu diri, dan 'diri-diri' yang lainnya, akupun turun supaya roda motor lebih mudah melaju. Dengan pertimbangan satu tubuh kan akan lebih ringan ketimbang dua tubuh.
"Lin gw turun aja" kataku pada dia.
Butuh sekitar 1 menit untuk Elin membebaskan motornya dari posisi tidak enak itu.
Lalu menit berikutnya....hiks..
dia ngacir begitu aja meninggalkanku teronggok di pinggir jalan dengan helm di kepala. kulihat supir2 mobil yang tengah terjebak macet. Hiks..ternyata ada beberapa pasang mata yang memandangku dengan tatapan penuh makna...
Ku berusaha memanggil namanya, "Eliiiiiin...!"
Jangankan berhenti, menolehpun dia tidak..
Akhirnya, kutapaki jalan 15 meter itu. Helm kulepas supaya tak menambah tunduknya kepala ini.
"Lu kok ninggalin gw sih? Malu nih diliatin ama orang," semprotku begitu kulihat Elin di Kontras.
Elin: Wakakakakakaka maap Ta. Emang kamu turun dimana?
Ita: "Ya pas di situ" kataku sewot tapi pengen ketawa juga
Elin: "Yak ampun, berarti tadi itu gw cerita2 sendiri dong????"
Ita: wakakakakakakaka......
Lalu... Jumat (15/6/2007).
Hari sudah cukup larut. letih terasa badan ini setelah liputan seharian. Sekitar pukul 7 malam, aku pun berniat pulang. "Ry,ayo balik," teriakku pada seorang kawan bernama Arry.
Diapun mengangguk tanda setuju.
Berjalan menyusuri jalan di depan KPK, kami berbincang seadanya hingga tak terasa kaki sudah menginjak areal parkir motor.
Sambil terus berbicara, Arry menaiki motor. Tanpa menunggu aba2, aku langsung naik di jok belakang.
Sekitar lima menit (arry masih saja bercerita), dia menghidupkan mesin motor.
"Ayo Ta naik.," kata Arry
Ita: "Aku sudaah naik dari tadi. Masa ga kerasa!!!!," (dengan muka keruh dan mendung menyelimuti mata)
Arry: "Oh, udah naik..wakakakakaka
Ita: Ugh!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
someone said, every story has it end. But in life, ending is a new beginning for other stories.
No comments:
Post a Comment