Friday, February 02, 2007

Pengakuan Dosa...

"Horeeeeeeeeee...." teriak orang-orang itu dengan sangat tidak sopan. Bagaimana tidak sopan, mereka berteriak kegirangan ketika bus AJAP yang kutumpangi tiba-tiba mogok ditengah genangan air.
Aduh..mengapa ini terjadi? pikirku.. jam sudah menunjukkan pukul 11.30WIB.
Seharusnya, aku liputan pukul 10 di Depkominfo. Bukan hanya telat, kini aku bersama penumpang lainnya kebingungan bagaimana caranya keluar dari genangan air setinggi sepinggang orang dewasa ini. Ah, rupanya, sungai Cideng sudah tak kuasa menampung air dari hujan semalam.
Pandangan ku arahkan ke sebelah. What? sebuah bus dengan merek dagang sama, AJAP, pun mengalami nasib serupa. teronggok tak berdaya di tengah genangan banjir.
Sejurus ke depan-sambil berpikir-aku melihat seorang bapak pun diberi "hore" oleh masyarakat sekitar karena sepeda motornya (kalau itu motor karena yang terlihat hanya stang dan jok kursi) mogok juga. Kupikir seharusnya dia berpikir dong, bus saja sudah berjejer tak berdaya, apalagi motor.
"Seorang lima ribu..seorang lima ribu..ayo naik gerobak...," teriak seseorang dari arah pintu bus. hanya kepalanya yang dia masukkan ke dalam.
"Hah, lima ribu seorang untuk jarak 10 meter itu? lebih baik aku menginap dalam bus," pikir kikirku.
Seolah bisa membaca pikir kikirku, si tukang gerobak berteriak lagi, "Ya udah, kalau tidak mau nginep aje di bis ampe besok," teriaknya berulang-ulang karena kesal dagangannya tidak laku.
Gerutu tidak hanya datang dariku saja rupanya. Penumpang bus lainnya pun menggerutu. hahahaha...rupanya bukan aku saja yang memiliki pikiran kikir untuk satu ini. Sebenarnya kalau dia mau pasang harga murah, dia tetap akan memperoleh untuk besar karena penumpang sendiri berjumlah sekitar 20 orang. dikali 2000 berarti dia bisa mendapat 40ribu. dasar asas manfaat, di pasang tarif selangit.
Bak di musim panen, tukang gerobak lainnya bersliweran dengan gerobak penuh penumpang. wah, mereka dapat rejeki dari bus-bus 'nekat' yang menerobos akal dan logika bahwa genangan air terlalu tinggi untuk semua jenis kendaraan, bahkan untuk bus sekalipun.
"Ayo..gerobak..dua rebu deeh..dua rebu..," teriak sebuah kepala yang menyembul di pintu bus yang ditutupi kerumunan penumpang yang kebingungan.
"Ayo Mba, kita naik gerobak saja," kata seorang wanita yang baru saja kukenal karena musibah ini. Di tengah kebimbangan (karena aku harus berbasah-basah ria dan membuka sepatu? aduh....) mata yang indah ini melihat sepasang sendal jepit putih dengan tali hijau.
Tanpa pikir panjang, kubuka sepatuku dan kuraih sendal itu. Aku tak peduli itu milik siapa. Aku bergegas naik gerobak sebelum si tukangnya berubah pikiran dan menaikkan tarif.
"Aku telah mencuri sendal ini. Ampuni aku Tuhan," doaku dalam hati. Akhirnya, aku naik gerobak. Ini adalah pengalaman 'survival'ku yang pertama di genangan banjir. Naik gerobak...selama ini, aku hanya melihatnya di televisi. hehehe
Sesampai dijalan yang sudah tak tergenang, aku selalu berusaha menyembunyikan kakiku agar tak terlihat supir bus. Entah kenapa, aku yakin sendal ini milik sang supir yang malang itu.

Maafkan aku...aku bersalah :D

No comments:


someone said, every story has it end. But in life, ending is a new beginning for other stories.